SUARA.NABIRE l Pdt. Keboba Wanimbo, Presiden ke-2 GIDI (Gereja Injili Di Indonesia) di Papua, yang menjabat pada periode Tahun 1973-1975, m...
Dikatakan bapak Keboba, yang juga merupakan salah satu Tokoh penting dalam sejarah berdirinya GIDI di tanah Papua, bahwa berhala-berhala itu berupa batu, kayu, dedaunan dan segala benda mati yang dipercaya bisa melindungi dan mendatangkan kehidupan.
"Waktu suku Lanny menerima ajaran GIDI dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kami menyerahkan semua batu, kayu, dedaunan dan segala benda mati yang kami percaya bisa melindungi dan mendatangkan kehidupan, untuk di bakar," ujar Bapak Keboba ketika ditemui awak media dikediamannya yang terletak di Distrik Kelila, Kabupaten Mamberamo tengah, Papua.
Setelah mengatakan hal itu, Bapak Keboba kemudian bercerita banyak soal sejarah berdirinya Gereja GIDI di tanah Papua. Salah satu yang diceritakannya adalah soal peristiwa penting di danau Acrhbold.
"Danau Acrhbold adalah tempat sejarah, karena di danau itu pertama kalinya didirikan Camp Injili oleh 3 perintis dari Badan Misi UFM dan APCM yang saat itu dibantu oleh 7 orang pemuda dari Senggi," jelasnya
Dikatakannya bahwa ketika Camp Injili didirikan di danau Acrhbold, mereka para perintis itu kemudian meletakkan dasar teritorial penginjilan dengan dasar visi: "menyaksikan Kasih Kristus Kepada segala Suku Nieuw Guinea", sebagaimana didasarkan pada kitab Kisah Para Rasul 1:8
Keboba menjelaskan bahwa peristiwa bersejarah itu terjadi di tahun 1955, dan dalam tahun itu pula yakni pada tanggal 25 Maret 1955, pesawat jenis JZ-PTB Piper Pacer berhasil mendarat di Danau Archbold.
"Setelah pesawat bisa mendarat, mereka kemudian membuka lapangan terbang di Archbold sambil mengadakan survei pengembangan pelayanan di sekitar Bokondini dan Kelila," terangnya
Ketika ditanyai mengapa dinamakan danau Archbold, Keboba menjelaskan bahwa nama danau Archbold diambil dari nama seorang ahli Zoologi dan dermawan yang mensponsori ekspedisi biologis untuk New Guinea di tahun 1907-1976, yang bernama Richard Archbold. (red)
Tidak ada komentar
Posting Komentar