Kedua istilah ini mirip. Hanya beda hurup "O" dengan "U". Adakah hubungan diantara keduanya? Adakah perbedaan? Mari ...
Mari kita lihat....
Hominisasi adalah klaim manusia bahwa ia sudah memiliki dunia ini. Klaim itu berpusat pada diri sendiri. Dunia ini harus ditaklukkan, harus didominasi bagi kepentingan makhluk manusia. Dengan temuan-temuan ilmu dan teknologi maka penguasaan itu makin kuat.
Apalagi ditambah dengan kekuasaan sosial-politik. Maka penguasaan itu tidak hanya meluas terhadap alam-semesta yang secara sewenang-wenang dijadikannya obyek kenikmatannya tetapi juga terhadap sesama. "Homo homini lupus", manusia adalah serigala bagi sesamanya.
Alhasil, kita melihat kepincangan di mana-mana. Lingkungan hidup dicemarkan bahkan dirusak. Sesama manusia direndahkan dan dijadikan obyek penindasan.
Maka hominisasi saja tidak cukup. Memang selama ini manusia sukses membebaskan diri dari berbagai mitologi seakan-akan kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam alam membelunggunya. Tetapi pembebasan itu telah mengarahkannya kepada "hominisasi".
Lalu apa yang dibutuhkan? " Humanisasi". Pemanusiaan. Pemanusiaan terhadap lingkungan hidup yang di dalamnya kita hidup dan beraktifitas. Artinya kita memupuk kesadaran bahwa sesungguhnya kita berada dalam mata rantai ekologis yang tidak putus-putusnya.
Menjadi siuman bahwa sekali mata rantai ekologis itu diputuskan maka akan terjadilah ketidakseimbangan alam. Akibatnya akan sangat parah. Malapetaka alam. Timbulnya wabah yang sebelumnya belum pernah dikenal seperti Covid-19 sekarang.
Pemanusiaan kepada sesama juga? Ya, sudah pasti. Menjadikan sesama sebagai sesama manusia yang setara. Dulu penjajahan bangsa-bangsa Barat dihapuskan karena sifat eksploitatipnya terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Sekarang ini penindasan itu muncul dalam bentuk-bentuk baru. Meremehkan hak-hak asasi seseorang misalnya adalah wujud menegasikan prinsip humanisasi ini.
Dalam hidup bermasyarakat ini, terlebih-lebih sebagai makhluk manusia kita tidak sekadar membutuhkan "hominisasi" tetapi juga "humanisasi". Kiranya semua makhluk berbahagia.
Oleh. Pdt. Dr. Andreas Anangguru Yewangoe
Tidak ada komentar
Posting Komentar