SUARA.NABIRE - Juru Bicara Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Nabire, dr. Frans Sayori, M.Kes, mengatakan bahwa hal yang membuat Umar diraw...
"Kami tidak pilih kasih. Semua pasien kami rawat dengan cara penanganan yang sama, dan segala proses pengobatan terhadap Umar sudah kami maksimalkan sesuai ketentuan penanganan medis yang berlaku untuk pasien covid. Namun semua kembali pada diri pasien sendiri," tegas Sayori ketika ditemui awak Suara.Nabire pada Rabu (24/06/2020), di Laboratorium Klinik Alfa Oyehe, kota Nabire.
"Yang saya maksudkan kembali pada diri pasien sendiri adalah bahwa semua orang berbeda dalam tingkat kesembuhan penyakit, karena tergantung pada hal-hal seperti: asas ketaatan dan perilaku pasien yang berbeda, daya imun masing-masing pasien, psikologi dan tingkat stres pikiran, serta penyakit bawahan dan lain sebagainya", tegas Sayori
Ditambahkan Sayori bahwa semua jenis penyakit yang penyebabnya adalah "virus", maka akan tergantung pada daya tahan tubuh (imunitas) dari masing-masing pasien, yang tentunya berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
"Satu hal yang paling tidak baik dari penyebab penyakit karena virus ini adalah 'mutasi virus', bahwa virus ini selalu berubah-rubah bentuk dan wujud. Nah pada tahap ini, tentu akan sulit untuk menentukan komposisi obat karena perubahan tersebut," demikian dijelaskan Sayori
Terkait dengan pasien Umar, Sayori mengatakan bahwa sejauh ini Umar dan beberapa pasien masih belum taat minum obat, dan mereka juga masih mau kumpul-kumpul, padahal sudah dipisahkan satu orang, satu kamar.
"Kami pantau dari CCTV yang ada di ruang isolasi, si Umar dan beberapa pasien lainnya belum taat minum obat, dan mereka juga masih sering keluar kamar serta kumpul-kumpul. Padahal sudah dipisahkan satu orang satu kamar. Tidak mungkinlah tong harus gembok kamar mereka dari luar kan?" tegas Sayori.
"Kami pantau dari CCTV yang ada di ruang isolasi, si Umar dan beberapa pasien lainnya belum taat minum obat, dan mereka juga masih sering keluar kamar serta kumpul-kumpul. Padahal sudah dipisahkan satu orang satu kamar. Tidak mungkinlah tong harus gembok kamar mereka dari luar kan?" tegas Sayori.
Sayori menambahkan bahwa selain infeksi karena kontak erat, perlu diketahui juga bahwa ada infeksi nosokomial, yaitu infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat dari ruangan dan lingkungan sekitarnya ketika berada atau menjalani perawatan bersama-sama dengan pasien lainnya di rumah sakit.
Dokter Sayori yang merupakan ahli epidemiologi, menjelaskan pula bahwa berdasarkan ilmu epidemiologi secara umum, bahwa tingkat kesembuhan dan tingkat kesehatan seseorang dinyatakan sembuh dari penyakit yang dideritanya itu tergantung pada beberapa faktor.
Pertama, adalah faktor perilaku, dimana 40% faktor kesembuhan tergantung pada perilaku pasien. Sekalipun dokter memberikan obat semaksimal mungkin, tapi perilaku pasien tidak mau minum obat, tidak mau cuci tangan, dan lain sebagainya, maka tetap akan sulit mencapai kesembuhan.
Kedua, adalah faktor lingkungan, yang dalam hal ini 30% kesembuhan ditentukan oleh faktor lingkungan. Kalo pasien hidup di lingkungan kotor dan tidak mau menjaga kesehatan, serta masih tetap kontak satu sama lain, bahkan berkumpul bersama-sama, maka ini juga tetap menjadi pemicu lambatnya kesembuhan yang diinginkan.
Ketiga adalah tenaga medis, yang dalam hal ini hanya 20% saja dari 100 % kesembuhan itu tergantung pada penanganan tenaga medis. Sedangkan sisa 10% adalah soal genetik.
"Apa itu artinya genetik? Kalo memang si Umar punya imunokompromais atau gangguan kekebalan tubuh, maka bisa jadi 5 tahun si Umar tidak akan sembuh-sembuh, karena memang dia punya gangguan kekebalan tubuh. Dari lahirnya memang ada gangguan kekebalan tubuh," demikian tegas Sayori
Jadi, terkait pasien Umar, Sayori menghimbau bahwa tidak perlu dipolitisasi dan dipelitisir seakan-akan terdapat kepentingan sekelompok orang atau titipan oknum tertentu disitu.
"Saya sendiri kepingin Umar itu cepat sembuh dan kembali bertemu istri dan anak-anaknya. Namun sekarang ini yang bisa menentukan kesembuhan Umar adalah diri sendiri, mau istrinya, mau anaknya, mau orang terdekat pun, tidak akan menentukan derajad kesembuhannya, yang menentukan adalah dirinya sendiri, dokter dan alat hanyalah tambahan saja," tegas Sayori.
"Saya sendiri kepingin Umar itu cepat sembuh dan kembali bertemu istri dan anak-anaknya. Namun sekarang ini yang bisa menentukan kesembuhan Umar adalah diri sendiri, mau istrinya, mau anaknya, mau orang terdekat pun, tidak akan menentukan derajad kesembuhannya, yang menentukan adalah dirinya sendiri, dokter dan alat hanyalah tambahan saja," tegas Sayori.
Sayori menyimpulkan bahwa bicara soal kasus Umar, maka kita semua harus kembali pada prinsip-prinsip medis, dimana semuanya tergantung pada diri individu, seperti: tergantung daya tahan tubuhnya, tergantung banyaknya jumlah virus dalam tubuhnya, tergantung perubahan virus setiap saat, dan lain sebagainya.
Ketika ditanya soal hasil pemeriksaan pasien covid-19 apakah sudah diperlihatkan kepada pasien dan keluarga pasien, Sayori menegaskan bahwa semua hasil sudah ditunjukkan, dan jika ada masyarakat atau keluarga lainnya yang kurang yakin dan tidak percaya, silahkan datang bertemu langsung dengan tim gugus.
"Kalo ada masyarakat atau keluarga lainnya yang kurang yakin dan menduga hasil pemeriksaan itu hanya di rekayasa karena proyek dan lain sebagainya, silahkan tanya langsung kepada saya dan tim, sehingga kita tidak saling memfitnah. Karena semua bukti pemeriksaan dan data-data pasien ada di kami," ujar Sayori.
"Soal hasil pemeriksaan, sejak Umar di Pesantren sudah saya perlihatkan hasil pemeriksaannya tahap demi tahap, dan teman-temannya di Diklat saya juga perlihatkan satu-satu, bahkan begitu sembuh hasil Lab-nya juga saya perlihatkan, saya jelaskan dan tulis semuanya, bahkan di Rumah Sakit dokter Mawar juga sudah sampaikan," ujar Sayori.
"Hasil Lab semuanya ada datanya di saya, keluarganya kemarin saya kasih tunjuk, malah saya bilang begini, Paskayani nih dia negatif kedua saya pulangkan, dan kemarin saya kasih keluar. Jadi dorang lihat Umar sudah tiga kali positif, positif, positif. Sedangkan Sainudin mereka juga lihat positif, negatif, positif, positif. Data saya itu lengkap makanya jangan omong tanpa data," demikian penjelasan Sayori
Dijelaskan lanjut oleh Sayori, "Lalu saya juga sudah bilang kepada keluarga, sini datang ambil hasilnya. Sebab kita tidak mau tutup-tutupi soal itu, karena tidak ada untung untuk ditutupi, dan ingat pula bahwa pasien punya hak untuk ambil, baca, dan lihat semua hasil pemeriksaaan". (Red).
Tidak ada komentar
Posting Komentar