Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

# Pendidikan

FALSE
FALSE
latest

Archimedes: Sang Matematikawan Gila

Archimedes adalah matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur yang berasal dari Yunani. Dia dibunuh oleh prajurit Romawi pada ...


Archimedes adalah matematikawan, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur yang berasal dari Yunani. Dia dibunuh oleh prajurit Romawi pada tragedi penjarahan kota Syracusa, yang meskipun diketahui saat itu ada perintah dari Raja atau Kaisar Romawi yaitu Marcellus, bahwa Archimedes tidak boleh dibunuh. 

Para sejarawan matematika, memandang Archimedes sebagai salah satu matematikawan terbesar dalam sejarah dunia internasional disamping dua matematikawan lainnya: Newton dan Gauss.

Archimedes berasal dari Yunani. Ia belajar di kota Alexandria, Mesir. Pada saat itu, yang menjadi raja di Syracusa adalah Raja Hieron II, sahabat Archimedes sendiri. 

Beberapa dari penemuan Archimedes adalah prinsip matematis tuas, sistem katrol yang didemonstrasikannya dengan menarik kapal dengan sendirian. Penemuan lainnya adalah ‘Ulir Penak’: rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak dari matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan rasi bintang di langit.

Di bidang matematika, penemuannya terhadap nilai pi lebih mendekati dari ilmuwan sebelumnya, yaitu 223/71 dan 220/70. 
Singkatnya, Archimedes adalah ilmuan yang sangat mendasarkan penemuannya dengan suatu eksperimen, sehingga ia dijuluki sebagai Bapak IPA Eksperimental. 

Masa Kecil Archimedes Dianggap Orang Gila
Archimedes dilahirkan di kota Syracuse, di pulau Sisilia pada tahun 287 SM. Dia adalah anak dari seorang astronom dan ahli matematika bernama Phidias. 

Selain itu, sangat sedikit yang diketahui tentang masa kehidupan awal Archimedes dan keluarganya. Beberapa kalangan mempertahankan bahwa ia milik bangsawan Syracuse, dan bahwa keluarganya sangat berhubungan erat dengan Raja Hiero II, yaitu Raja Syracuse.

Pada sekitar abad ke-3 SM, Syracuse menjadi pusat perdagangan, seni dan ilmu pengetahuan. Sebagai pemuda di Syracuse, Archimedes mengembangkan rasa ingin tahunya yang alami dan kecenderungan untuk pemecahan masalah-masalah yang aneh dan unik.

Dalam kegiatannya mencari hal-hal yang aneh dan unik ini, Archimedes sering terlihat seperti orang gila, karena sering didapati orang-orang sekitarnya, ia selalu berbicara sendiri dan berteriak-teriak sendiri. Hal ini sebenarnya dilakukan karena saking seriusnya berpikir tentang apa yang dilihat dan dipelajarinya.

Dia juga sering terlihat berlama-lamaan di sungai untuk menyelidiki gaya tekanan air. Saking seriusnya, ia sering lupa diri, dan tanpa sadar, ia tertidur di pinggiran sungai tanpa memakai busana. Bahkan saking seriusnya berpikir, maka sering sekali didapati ia pulang dari sungai dengan berjalan tanpa sehelai busana pun (telanjang).

Perlakuan-perlakuan aneh yang terlihat oleh orang-orang sekelilingnya pada masa ia kecil dan remaja ini, akhirnya menimbulkan sebuah anggapan miring tentang diri Archimedes. Dan pada akhirnya Archimedes pun dianggap sebagai orang yang gila dan sinting. Padahal sebanarnya tidak demikian adanya. 


Perjalanan Menuju Kesuksesan 
Ketika Archimedes telah belajar banyak dari guru-gurunya, Archimedes kemudian melakukan perjalanan ke Mesir untuk belajar di Alexandria. Didirikan oleh Alexander Agung pada 331 SM, Alexandria memiliki banyak kesempatan beasiswa yang besar, dan pada saat itu Archimedes juga mendapatkan reputasi untuk belajar dengan memperoleh beasiswa.

Archimedes kemudian berkenalan dengan Euclid yang adalah seorang pakar dan ahli matematika yang terkenal. Mungkin kedekatannya dengan Euclid ini paling tidak untuk kepentingan Archimedes mengumpulkan semua risalah geometris Yunani yang ada pada saat itu dan persiapan untuk perakitan dalam urutan logis dan sistematis tentang bukunya, "The Elements". Kompilasi ini adalah fundamental bagi studi geometri selama lebih dari 2.000 tahun, dan tidak diragukan lagi dipengaruhi karya Archimedes.

Setelah studi di Alexandria, Archimedes kembali ke Syracuse dan menjalani kehidupannya sebagai pemikir dan penemu. Banyak legenda apokrif merekam bagaimana diri Archimedes yang disenangi Raja Hiero II, karena ia mampu untuk menemukan solusi dan masalah yang setiap kalinya sang Raja hadapi.

Salah satu cerita yang terdapat pada legenda tersebut menceritakan bagaimana bingungnya Raja Hiero II yang tidak mampu mengosongkan air hujan dari lambung salah satu kapalnya. Archimedes pun dipanggil Raja untuk memberikan bantuan dengan solusi yang tepat. 

Saat itu solusi Archimedes adalah dengan menciptakan mesin yang terdiri dari tabung hampa yang berisi spiral yang bisa berubah dengan pegangan di salah satu ujung. Ketika ujung bawah tabung ditempatkan ke lambung dengan dilakukan pegangan berbalik, maka air atas tabung pun keluar dari perahu. Selanjutnya, metode Archimedes ini masih terus digunakan sebagai metode irigasi di negara-negara berkembang.

Sebelumnya, Archimedes juga pernah dimintai sang Raja Hieron II, untuk menyelidiki apakah mahkota emasnya dicampuri perak atau tidak. Archimedes terlihat memikirkan masalah ini dengan sungguh-sungguh. 

Hingga suatu hari ia merasa sangat letih dan menceburkan dirinya dalam bak mandi umum yang penuh dengan air. Lalu, ia memperhatikan ada air yang tumpah ke lantai, dan seketika itu juga, dia pun menemukan jawabannya.

Dengan senang hati Archimedes pun bangkit berdiri, dan berlari sepanjang jalan ke rumah dengan telanjang bulat. Setiba di rumah ia berteriak pada istrinya, "Eureka! Eureka!" yang artinya "sudah kutemukan! sudah kutemukan!". 
Namun siapa bisa menyangka bahwa melalui peristiwa konyol ini, ia kemudian membuat hukum Archimedes yang dikenal hingga saat ini. 

Dengan kejadian yang lucu bin konyol tersebut, maka Archimedes pun dapat membuktikan bahwa mahkota raja dicampuri dengan perak. Akhirnya seorang tukang yang telah membuat mahkota itu kemudian dihukum mati. 

Sejak peristiwa itu, kepintaran Archimedes tersohor ke penjuru dunia. Semua raja simpatik dan memanggilnya untuk dijadikan pemikir istana kerajaan mereka. Hingga pada tahun 212 SM, datanglah pasukan bangsa Romawi, yang saat itu diperintahkan oleh Raja Marcellus. Alasannya, Raja Marcellus simpatik dan memang sangat menghormati Archimedes, sehingga mengirimkan tentara Romawi untuk menculiknya.

Ketika itu, Archimedes tidak menyadari bahwa pasukan Romawi telah menyerbu kota. Perhatiannya hanya terfokus pada masalah matematika. Ketika seorang prajurit menuntun Archimedes menemaninya ke perempat, Archimedes marah dan mengadakan perlawanan. Akhirnya prajurit Romawi menjadi geram dan marah, sehingga tanpa sadar, langsung membunuh Archimedes.

Raja Marcellus merasa tertekan setelah mendengar berita kematian Archimedes, dan segera memerintahkan agar jenasah sang Archimedes dapat dikuburkan dengan upacara kehormatan. Kemudian nisan Archimedes di ukir dengan gambar berbentuk bola dalam silinder.

Oleh: Abdy Busthan
Rujukan Buku: 
===========
Busthan Abdy (2018). Pendidikan Berbasis Goblok (hal.85-89). Kupang: Desna Life Ministry

Tidak ada komentar